PMIAI-ICAS-UP
& STFI SADRA JAKARTA, /10/01/2013 bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Filsafat
Islam (STFI) Sadra Kembali mengadakan Seminar
Nasional Filsafat Islam Dan Tasawuf yang kali ini membahas Kitab
Najhul Balaghah yakni kumpulan kata-kata hikmah Imam Ali ra yang berisikan
tema-tema filsafat dan irfan. Hadir
sebagai narasumber kali ini adalah Prof. Dr. Muhammad Hussein Zangganeh
yang merupakan praktisi filsafat dan irfan serta menekuni penelitian mengenai
teks-teks Najhul Balaghah. Bertindak sebagai moderator kali ini adalah Dr.
Kholid Al Walid Ketua STFI Sadra sekaligus mendampingi Direktur Yayasan Hikmat
Al Mustafa Prof. Dr. Sayyid Mofid Hosseini Kauhsari. Prof Dr. Muhammad Hussein Zangganeh
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan berberapa tema-tema khutbah
imam Ali yang syarat dengan nilai-nilai filosofis dan irfan sehingga menjadi
suatu kebanggaan tersendiri bagi umat islam.
Membicarakan
Najhul Balaghah harus dilihat dari dua aspek, yakni sumber dari karya ini
sendiri yakni imam ali dan isi dari karya tersebut. Allah swt memiliki beragam
sifat dan seluruh sifat-sifat itu tergambar dalam keseluruhan bagian alam
semesta ini. Ketika allah digambarkan dengan sifat al qudrat atau maha kuasa
maka kita menemukan kekuasan allah itu tergambar dalam kedahsyatan alam semesta
ini. Jika allah digambarkan dengan sifat pengasih dan penyayang, maka kita juga
akan menemukan manifestasi sifat-sifat itu dalam hati seorang ibu. Itulah
gambaran bagaimana sifat-sifat itu termanifestas. Begitu juga dalam sifat
ketunggalan Allah swt,maka kita juga akan menemukan sifat ketunggalan ini dalam
sosok Imam Ali ra. Rosululloh saw bersabda :
Wahai ali
permisalan dirimu adalah seperti permisalan ketika allah berfirman, qulhuwallah
hu ahad (katakanlah bahwa allah adalah tunggal). Seperti itulah perumpaan
dirimu diantara umatku, tidak ada yang menyamai dirimu.
Sebagaimana
keagunan imam ali ini kita temukan pula dalam beragam ungkapan para ulama
khususnya imam syafii seperti dalam syairnya :
Wahai ali,
keagunganmu dihadapan pengikutmu tidak pernah disebutkan karena rasa takut
mereka, dan keagunganmu dihadapan para musuhmu tidak pernah disebutkan karena
rasa benci mereka. Tapi tetap saja keagunganmu itu memenuhi riwayat-riwayat dan
noktah-noktah sejarah.
Khalil ghibran
seorang penyair libanon menjelaskan dalam bait-bait syairnya :
Aku tidak
mengetahui seorang manusia yang melampaui zamannya, selain Ali ra. Seandainya
ia lahir di abad inipun, maka ia akan melampaui zamannya pula.
Muawiyah menjelaskan juga bahwa orang yang
paling mulia setelah Rosululloh saw adalah Imam Ali ra. Amr bin ash pun
menjelaskan keuatamaan imam ali, ia berkata bahwa jika disebutkan nama Ali,
maka musuhpun akan melihat keutamaannya dengan sangat jelas.
Inilah yang
membuat Najhul Balaghah menjadi karya yang sangat luar biasa karena bersumber dari pribadi yang luar biasa pula.
Sekiranya kita ingin menggali keseluruhan ilmu-ilmu filsafat dan irfan maka
kita harus kembali kepada sumber utama dari keseluruhan ilmu-ilmu tersebut yang
tentu saja membuat kita harus kembali kepada karya-karya otentik. Seperti karya
ibnu arobi, kunawi, dan lain sebagainya. Karya-karya otentik ini sendiri
memiliki rujukan utama yakni al quran dan hadis-hadis nabawi. Dua hal ini
terpancar dalam pribadi imam ali bin abitholib ra, oleh karena itu, Najhul
Balagah merupakan pemaknaan terhadap sumber-sumber utama pengetahuan islam
yakni al quran dan hadis-hadis nabawi.
Sebenarnya si pengumpul Najhul
Balaghah pada awalnya bermaksud mengumpulkan ucapan-ucapan fasih yang bersumber
dari para sahabat nabi saw, tapi ketika setiap kali ia merunut setiap sanad
dari riwayat ucapat tersebut kesemuanya malah hanya bersumber dari satu sumber
utama, yakni Ali bin abitholib ra sehingga terkumpulah sebuah karya yang
akhirnya ia namai Najhul Balaghah atau Puncak Kefasihan.
Najhul
balaghah mengandung tema-tema tauhid yang mendalam dan begitu dahsyat dalam
aspek pemaknaanya seperti Tauhid Zati, Tauhid Sifati, Tauhid Af’ali dan Tauhid ibadi,
ini semua dijelaskan dalam najhul balagah secara mendalam. Dan setiap orang
yang membaca empat bagian ini akan mendapatkan pengetahuan tetang tauhid yang
mendalam. Imam Ali menjelaskan bahwa Ketunggalan allah bukanlah dalam konteks
bilangan yang memunculkan kemungkinan munculnya bilangan lain.
Contohnya
ketika kita melihat atau mendengar sesuatu yang indah, dalam pengetahuan kita
maka akan memunculkan kemungkinan adanya sesuatu yang lebih indah dari itu.
Dan aspek ketunggal allah tidaklah
seperti hal ini yang mengandung dualitas di dalamnya dan merupakan puncak dari
segala sesuatu. Karena itulah dalam al quran dikatakan bahwa kufurlah bagi yang
menanggap allah 3 dari yang ke 3 yang mengandung arti memasukannya pada
sifat-sifat bilangan. allah tidak pula dapat terlibat dalam penyerupaan dengan
makhluknya, bahwa ketika ia dikatakan tunggal, maka tidaklah ketunggalannya itu
menyerupai ketunggalan pada makhluknya, karena ketunggalan pada makhluk adalah
ketunggalan yang merupakan rangkapan-rangkapan. Ketunggalan yang bisa diterima
secara rasional dalam diri allah adalah ketunggalan yang bersifat mutlak dan
mandiri serta tidak terbagi secara material mapun secara konseptual secara
genus dan spesies.
Ucapan-ucapan
imam ali ini menjadi sumber utama yang menjadi tiang penyangga teori-teori
filsafat dan irfan dimasa mendatang karena ketajaman logika dan ketajaman aspek
spiritual dalam ucapan-ucapan fasih imam ali ini. Tentu saja ada banyak lagi
hal-hal mendalam dalam Najhul Balaghah yang membuat para ulama menghabiskan waktunya
untuk meneliti karya ini. Tidak jarang kadang ketika kita membaca secara tidak
hati-hati maka kita akan gagal untuk menangkap makna dalam setiap tema yang
dibahas dalam kitab ini, bukan karena najhul balagah adalah kitab yang sangat
sulit di pahami melainkan karena daya tangkap akal kita yang belum mumpuni
untuk mencerap ketinggian hikmah yang bersumber dari ucapan imam ali. Najhul
Balaghah ini menjadi ibarat samudra yang luas dihadapan setetes air yang tidak
memiliki arti.
0 comments: